IMAGE PROCESSING

Cover Buku
✍️ PenulisGiandari Maulani; Siska Febriani; Sitti Aisa; Zilvanhisna Emka Fitri
πŸ–‹οΈ EditorAde Wisandra, S.Kom, M.Kom
🏷️ ISBN978-634-7214-73-7
πŸ“… Tahun2025
🌐 BahasaID
🏒 PenerbitHei Publishing Indonesia
πŸ”— Websitehttps://heipublishing.com/
πŸ”‘ Kata KunciIMAGE,, PROCESSING

πŸ“ Abstrak / Deskripsi

Penglihatan manusia dan sistem penglihatan komputer merupakan dua sistem yang berbeda baik dari segi fisiologis maupun teknis, meskipun keduanya bertujuan untuk menginterpretasikan informasi visual dari lingkungan sekitar. Penglihatan manusia melibatkan struktur biologis kompleks seperti retina, korteks visual, dan saraf optik, yang bekerja secara sinergis untuk memproses cahaya menjadi persepsi visual. Retina manusia memiliki fotoreseptor seperti batang dan kerucut yang merespons cahaya dan warna, mengirim sinyal listrik ke otak melalui saraf optik (Cheng et al., 2022). Sementara itu, sistem penglihatan komputer mengandalkan sensor digital seperti kamera dan algoritma pemrosesan citra berbasis matematika dan statistik untuk mengenali pola dan objek dalam gambar (Xu et al., 2020). Manusia secara alami mampu melakukan segmentasi objek dalam gambar tanpa pelatihan eksplisit, berkat pengalaman hidup dan pembelajaran berbasis asosiasi dari masa kanak-kanak. Sebaliknya, sistem komputer memerlukan dataset pelatihan besar dan teknik pembelajaran mesin, seperti CCN untuk dapat mengenali objek dalam berbagai konteks (He et al., 2020). Ini menunjukkan bahwa walaupun manusia belajar secara kontekstual dan adaptif, komputer membutuhkan representasi eksplisit dan pengkodean fitur untuk mengenali gambar. Selain itu, persepsi warna dalam penglihatan manusia dipengaruhi oleh adaptasi kromatik dan kondisi pencahayaan, yang memungkinkan manusia tetap mengenali warna yang sama dalam kondisi pencahayaan yang berbedaβ€”a fenomena yang dikenal sebagai color constancy (Wang et al., 2021). Sistem penglihatan komputer, di sisi lain, memerlukan algoritma tambahan untuk meniru kemampuan ini, seperti white balance otomatis dan teknik normalisasi warna untuk menyesuaikan pencahayaan (Shao et al., 2023). Dalam hal resolusi dan akurasi, mata manusia memiliki keunggulan di pusat pandangan (fovea) yang memiliki konsentrasi tinggi fotoreseptor kerucut, sementara penglihatan perifer kurang tajam. Kamera digital dapat dirancang untuk memberikan resolusi seragam di seluruh gambar, tetapi masih memerlukan interpolasi dan koreksi distorsi lensa (Gupta et al., 2022). Perbedaan ini menunjukkan bagaimana sistem biologis dan sistem buatan memiliki kompromi masing-masing terkait efisiensi dan akurasi.

πŸ“Œ Sitasi Otomatis


πŸ“– Pratinjau Buku (25% dari eBook Lengkap)

Berikut ini adalah cuplikan isi buku berupa 5 halaman awal dan beberapa halaman tambahan acak (maksimal 25% dari keseluruhan eBook).

Memuat pratinjau...

Karya Ilmiah Indonesia adalah platform edukatif yang fokus pada publikasi karya ilmiah berkualitas dari seluruh Indonesia

Shopping cart

No products in the cart

Return to shop
Chat WhatsApp
WhatsApp