EKOLOGI PESISIR DAN LAUT

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, yang tersebar di antara Samudera Hindia dan Pasifik. Posisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai negara maritim dengan wilayah laut yang luas, mencakup sekitar 6,4 juta kilometer persegi, yang terdiri dari perairan teritorial, zona ekonomi eksklusif (ZEE), dan laut pedalaman. Wilayah laut Indonesia bahkan lebih luas dibandingkan dengan daratannya, yang hanya sekitar 1,9 juta kilometer persegi. Hal ini menjadikan laut sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia (Dahuri et al., 2020). Kekayaan laut Indonesia tidak hanya terletak pada luas wilayahnya, tetapi juga pada keanekaragaman hayati lautnya. Indonesia merupakan bagian dari kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Di wilayah ini, terdapat lebih dari 500 spesies karang keras, yang merupakan sekitar 76% dari seluruh spesies karang dunia. Selain itu, Indonesia memiliki lebih dari 2.500 spesies ikan laut dan ratusan spesies biota lainnya, termasuk moluska, krustasea, dan mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba. Keanekaragaman hayati ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling kaya secara ekologis di dunia (Veron et al., 2009). Laut Indonesia juga memiliki potensi besar dalam hal sumber daya perikanan. Dengan panjang garis pantai sekitar 108.000 kilometer, Indonesia memiliki berbagai jenis perairan, mulai dari perairan dangkal hingga laut dalam, yang menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya. Produksi perikanan Indonesia sangat signifikan, baik dalam sektor perikanan tangkap maupun budidaya. Potensi lestari sumber daya ikan di perairan Indonesia diperkirakan mencapai 12,54 juta ton per tahun, dengan jenis-jenis ikan utama seperti tuna, tongkol, cakalang, kerapu, dan udang (KKP, 2021).