REVOLUSI ENERGI TERBARUKAN DARI LIMBAH PERTANIAN MENUJU PANGAN AMAN DAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Perubahan iklim global, krisis energi fosil, serta meningkatnya kebutuhan pangan dan energi dunia telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma dalam pembangunan pertanian. Selama beberapa dekade terakhir, ketergantungan terhadap sumber energi berbasis fosil tidak hanya menyebabkan kerentanan pasokan energi, tetapi juga memicu degradasi lingkungan berupa emisi gas rumah kaca, polusi udara, dan kerusakan ekosistem. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2022), sektor energi menyumbang lebih dari 73% emisi karbon global, sehingga transisi menuju energi terbarukan merupakan keniscayaan untuk mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Di tingkat nasional, Indonesia menghadapi tantangan ganda: kebutuhan energi yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan industrialisasi, serta urgensi menjaga ketahanan pangan melalui sistem pertanian yang berkelanjutan. Pemerintah melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menargetkan bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Namun, realisasi capaian hingga kini masih menghadapi berbagai kendala, baik dari sisi teknologi, investasi, maupun kesiapan sumber daya manusia. Dalam konteks pertanian, pemanfaatan energi terbarukan tidak hanya penting sebagai alternatif sumber energi, tetapi juga sebagai strategi inovatif untuk mengolah limbah pertanian yang selama ini kurang termanfaatkan